Tuesday 17 April 2012

MOHAMMAD NATSIR SANG KUTU BUKU

Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9YQwglUlLjVBUbAYpECwpRaOD-hf1z5mTIwxmg5vY6NuSeD5r6JlNeMpwG_XrBIGZsTHmTy7iQ41Zh0I1mAHW-zMy0A6QucWcDMUhO8Rv7DfDrVeguvwMJVA8U1HVTvbyFb-PfeCjLeYo/s1600/natsir+politik+santun.jpg

Siapa yang tidak kenal dengan Mohammad Natsir sang tokoh besar yang menjadi pemimpin dan panutan. Beliau adalah tokoh pergerakan Islam dengan pemikiran yang revolusioner. Selain pemikir beliau adalah arsitek Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) . Beliau adalah pendiri partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) sewaktu orde lama yaitu saat Bung Sukarno menjadi Presiden Republik Indonesia ( RI ).

Mohammad Natsir ( 17 Juli 1908 – 6 Februari 1993 ) adalah sosok yang lurus, menyatukan kata-kata dengan perbuatan, politikus bersih, tajam dan konsisten dengan sikap yang diambil serta bersahaja.¹
Kesederhanaan beliau terlihat ketika menjadi Menteri Penerangan zaman Pemerintahan Bung Karno , beliau memakai kemeja tambalan , sebuah penampilan apa adanya dan terkesan jujur. Jarang sekali pejabat pemerintah yang berlaku seperti itu dan sulit kita temui saat ini. Beliau juga pemimpin Dewan Da’wah Islamiyah selepas dari jabatan politik. Mohammad Natsir adalah sosok artikulatif yang selalu memelihara kehalusan tutur katanya dalam berpolitik.²

Menjadi orang besar mempunyai rahasia tersendiri dalam setiap kehidupan seorang tokoh. Berkaca dari  perjalanan hidup Natsir, beliau adalah seorang pembelajar dan intelektual cerdas bahkan menjadi kutu buku. Terbukti saat Natsir muda belajar di SMA yang kala itu namanya Algemeene Middlebare School ( AMS ) sekolah Hindia Belanda yang hampir semua bahasa pengantarnya berbahasa Belanda.
Tiga bulan pertama di AMS, ujian berat bagi Natsir adalah bahasa. Ia selalu diejek  karena tidak fasih berbahasa Belanda. Kemudian ia mulai menyadari pentingnya menguasai bahasa sehingga mulailah mengatur waktunya yaitu setiap sore ia belajar bahasa Latin dan selepas maghrib ia mempelajari pelajaran sekolah. Nyaris tak ada waktu libur.

Tiap hari, selepas sekolah, Natsir pergi ke perpustakaan Gedung Sate untuk melahap buku-buku bibliotek. Targetnya, satu buku satu minggu ( one book one week ) . Hal yang penting ia dalami dirumah, ia juga memberanikan diri untuk terus menerus bercakap bahasa Belanda. 4

Seiring dengan bertambahnya kemampuan bahasa Belanda, Natsir kemudian mengikuti lomba mendeklamasikan  syair bahasa Belanda berjudul “ De Bandjir “ , sebelmnya ia juga berlatih dengan kawannya Bachtiar Effendy yang sudah mampu berbahasa Belanda dengan baik. Berkat tekad dan kemauan keras dalam belajarnya, Natsir meraih juara satu dalam lomba tersebut. Hadiahnya adalah buku karangan Westenenk, Waar Mensen Tigger Buren Ziyn ( Manusia dan Harimau Hidup Sejiran ).5

Sewaktu gurunya si Meener mengajar ilmu bumi ekonomi, gurunya selalu menyindir pergerakan poltik kaum nasionalis. Suatu kali, Meneer memberikan pelajaran tentang “Pengaruh Penanaman Tebu dan Pabrik Gula Bagi Rakyat di Pulau Jawa” ia menugaskan muridnya menulis makalah, bagi Natsir ini membutuhkan dua pekan untuk menyelesaikan tugas paper-nya itu. Tiap hari dia pergi ke perpustakaan untuk mencari literature tentang pabrik gula dan juga jurnal terbitan kaum pergerakan dalam Volksraad yaitu semacam Dewan Perwakilan Rakyat.6

Selain kutu buku, Natsir juga jago dalam menganalisis secara matang dan tajam. Tiba harinya untuk mempresentasikan makalah dengan analisisnya di depan kelas. Ia menyodorkan bukti bahwa tidak benar Jawa menerima keuntungan dari pabrik gula di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yang untung adalah kaum capital dan pejabat bupati yang memaksakan rakyat menyewakan tanahnya kepada pabrik dengan harga rendah.Sehingga setelah mempresentasikan analisinya dengan bahasa Belanda dengan baik, suasana kelas sunyi dan Meneer diam, Natsir pun puas.7

Hidup dalam didikan sekolah Belanda, membukakan jiwa Natsir terhadap dampak buruk penjajahan. Jiwa perlawanannya menyala-nyala. Ketertarikannya pada politik mulai tumbuh. Kepada Ahmad Hassan, pria keturunan India asal Singapura  yang menjadi ahli agama di Organisasi Persatuan Islam itu Natsir datang menimba ilmu agama Islam, menulis dan berdiskusi.8

Sebagai aktivis, Natsir juga aktif berinteraksi dengan tokoh pergerakan. Ia juga menulis di majalah bulanan Pembela Islam sebagai jalan perjuangannya. Natsir adalah seorang yang kutu buku yang melahap habis buku-buku filsafat barat,baik kuno maupun modern, buku sejarah, sastra dan rajin mengikuti berita Internasional dari berbagai jurnal. Natsir juga melahap habis karya-karya Snouck Hurgronje di perpustakaan di antaranya Netherland en de Islam, buku yang memaparkan strategi Hurgronje dalam menghadapi Islam. Buku ini membuat Natsir bertekad melawan Belanda melalui pendidikan.9

Melihat keteladanan Natsir tersebut, maka sudah saatnyalah kaum muda yang intelektual ini harus bangkit, kita harus tumbuh menjadi Natsir-Natsir muda saat ini. Dalam hal berkawan, walaupun Natsir berseberangan secara ideologi dengan Bung Karno, beliau tetap berkawan akrab dan saling menghormati. Itulah kesantunan Natsir dalam membangun kehidupan dengan ideologi Islam.

Maka, sebagai pemuda kita saat ini harus mampu belajar lebih keras lagi untuk masa depan peradaban yang lebih baik, strategi belajar dengan trilogi pembelajaran masih tepat untuk kita gunakan yang meliputi membaca, menulis dan diskusi. Saatnya kita bergerak dan berjuang dalam membangun wawasan intelektual yang tangguh dengan mengenali dan membaca zaman.

Download bukunya di http://mubaroqdinata.blogspot.com/2011/12/mohammad-natsir-teladan-santun-di-awal.html
 

Referensi :
1),2)3),4),5),6)7),8),9) Lihat di buku”Natsir Politik Santun di Antara Dua Rezim,cetakan pertama 2011,penerbit KPG di hal.2,3,17,17,19,20,20,20,21.
KPG.2011.Politik Santun di antara Dua Rezim.Jakarta: Gramedia


Friday 13 April 2012

MENGUATKAN BASIS RISET DI KALANGAN MAHASISWA


Mahasiswa adalah kaum intelektual yang akan mewarisi peradaban masa depan setiap bangsa. Bangsa Indonesia yang kaya ini,didukung juga dengan melimpahnya SDM di usia produktif,sudah barang tentu harus mengencangkan kekuatan ikat pinggang untuk terus menghasilkan karya dan kreatifitas yang bermanfaat untuk bangsa. Inilah wujud dari pembangunan.

Membedah kembali Tri Dharma perguruan tinggi yaitu yang berkaitan dengan penelitian atau riset,saat ini harus dikembangkan dikalangan mahasiswa. Budaya riset kampus apabila memiliki basis pertumbuhan yang kuat di kalangan mahasiswa maka akan memacu semangat keilmuan mahasiswa untuk berkarya sehingga harapannya akan menghasilkan suatu budaya membaca,menulis dan kajian ( diskusi ) yang dengan ini dinamakan Trilogi Belajar mahasiswa.

Pendidik diperguruan tinggi dalam hal ini adalah dosen harus mengajak mahasiswanya untuk melakukan riset baik yang berkaitan dengan keilmuannya maupun dibidang lainnya,misalnya dosen membimbing mahasiswa dalam proyek penelitiannya. Dengan begitu maka mahasiswa tersebut akan memiliki kemajuan belajarnya karena akan mendapatkan pengalaman baru dari proses belajar dalam melakukan penelitiannya. Saat ini di kampus UNSRI mulai terlihat tumbuhnya minat budaya riset dengan membuat laporan ilmiah atau karya tulis. Sebelumnya kompetisi ilmiah masih tabu di kalangan mahasiswa, banyak mahasiswa yang tidak mengenal Pekan Kreatifitas Mahasiswa ( PKM ) . 

Dahulu pada saat saya memegang amanah di Kementerian Riset dan Teknologi BEM UNSRI,saya berusaha semaksimal mungkin untuk menghadirkan gerakan ilmiah kampus ini tumbuh. Setiap ada momentum baik informasi PKM terkait pelatihan pembuatan karya tulis,kami yang berada di BEM UNSRI menginformasikan kepada mahasiswa untuk mengikuti pelatihan tersebut. Dengan merutinkan pelatihan karya tulis yang dipandu oleh Prof.Jamasri yang merupakan tim PIMNAS maka pola perkembangan budaya riset mulai terlihat dan meningkat tajam. Dari rektorat haruslah selalu membangun jaringan yang berkaitan dengan meningkatkan kompetensi dikalangan mahasiswa. 

Setelah adanya pelatihan tersebut penyebaran budaya riset dalam membuatan karya tulis di kalangan mahasiswa meningkat, yang sebelumnya didominasi oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Pertanian, saat ini yang mengikuti kompetisi dalam PKM mulai menyebar dan diikuti oleh fakultas-fakultas lainnya. Inilah gerakan perubahan di kalangan kampus. Selain itu, mahasiswa juga harus menambah kompetensinya melalui belajar mandiri dengana metode akselerasi belajar. Sehingga wawasan keilmuannya meningkat tajam dan semakin membuat Universitas untuk membangun prestasinya. Harapan yang sangat dinantikan adalah lulusan perguruan tinggi semakin berperan aktif dalam membangun prestasi pasca kampus nantinya.

Saat ini yang sangat dibutuhkan dalam gerakan intelektual kampus adalah munculnya bibit-bibit baru yang unggul dalam membangun prestasi baik itu kompetensi dalam profesionalitas keilmuan yang sedang digelutinya maupun prestasi umum diluar kompetensi keilmuannya. Menjadi pakar dalam menguasai pengetahuan ilmiah sangat dinantikan kemunculannya di kampus dan masyarakat sehingga pasca kampus menjadi intelektual yang siap terjun ke masyarakat. Mahasiswa saat ini haruslah mampu menghadirkan berpikir ilmiah dengan kekuatan riset, ini menjadi penting dalam penguasaan dan perkembangan keilmuan menuju masa depan umat yang cerdas.
# Untuk melihat contoh surat Riset atau penelitian silahkan klik http://carapedia.com/surat_riset_info2446.html
 

STRATEGI BELAJAR EFEKTIF

Belajar yang efektif adalah harapan setiap orang yang mempunyai tekad untuk maju dalam meraih cita-citanya.Kita sebagai pelajar atau pemuda yang ingin maju haruslah mampu dalam melaksanakan akselerasi pembelajaran.Belajar efektif membutuhkan tingkat kefokusan yang tinggi sehingga mudah diterima dan diterapkan dalam meraih pembelajaran atau ilmu yang dipelajarinya.


Belajar efektif ini membutuhkan tingkat kedisiplinan yang tinggi dalam melaksanakannya.Misalnya untuk membuat target sebulan bisa menguasai bahasa Inggris maka yang harus diatur adalah jadwal dan kedisiplinan waktu yang diagendakan serta kemandirian belajar yang tinggi dalam penguasaan bahasa Inggris tersebut,haruslah ada kurikulum mandiri yang harus kita buat, targetan-targetan keberhasilan ini bisa dicontohkan pertama terkait penguasaan perbendaharaan kata,kedua meningkat menjadi pola percakapan keseharian dan ketiga mampu mendengarkan serta menulis dengan bahasa Inggris tanpa kamus.Itulah yang dinamakan belajar efektif.


Belajar efektif dapat didefinisikan menjadi belajar dengan cara memanajemen diri sendiri dengan kurikulum atau target yang dilakukan untuk memperoleh wawasan atau ilmu yang lebih cepat dan tepat.Belajar efektif ini tidak hanya dimiliki oleh pelajar dan mahasiswa saja, akan tetapi perlu juga dimiliki oleh profesional muda dalam profesinya sehingga akan cepat dalam meraih prestasi kerja.MARI KITA MEMULAI BERSAMA,UNTUK BELAJAR EFEKTIF…!!!