Sebuah
Catatan Persembahan
Untuk Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Komunitas
Studi Universitas (KSU)
UNSRI Riset
Dan Edukasi (U-READ)
BISMILLAH
SALAM PERJUANGAN UKM U-READ
Sebuah Langkah Perjuangan
Terima kasih kami ucapkan kepada semua masyarakat kampus UNSRI yang telah
mendukung terbentuknya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UNSRI Riset dan Edukasi
(U-READ), semoga dukungan sahabat semuanya menjadi catatan amal ibadah kita
kepada Allah SWT,aamiin.
Perjuangan adalah sebuah keniscayaan
yang akan membangun proses pembelajaran menuju solusi yang kontruktif.Pergerakan
membutuhkan pengorbanan yang mampu mengorbankan sesuatu yang dipunyai untuk
kepentingan kolektif (jamaah).
Perjalanan panjang dalam mendirikan UKM U-READ telah dilaksanakan di
tengah-tengah verifikasi UKM yang berlangsung dan ditunggu selama tiga tahun
sekali itu. Momentum verifikasi UKM sangat dinantikan dari para segelintir
mahasiswa yang berpikir maju dan berharap mampu memajukan cita-cita ke depan
menuju UNSRI lebih baik, apalagi menuju da’wah kampus tahap dua salah satu
syaratnya adalah mempunyai wajihah ilmiy.
Mengingat perjuangan kawan-kawan tiga
tahun yang lalu yakni tahun 2009, betapa militansinya mereka saat-saat
membangun grand desain gerakan ilmiy
serta turunan agendanya,turunan-turunan program yang ditelurkan oleh ilmiy
mampu sebagian diadopsi ke wajihah baik da’wy atau siyasi. Untuk membangun
langkah awal dalam meneruskan perjuangan maka pengkaderan seperti dauroh ilmiy
juga dilakukan, serta yang lebih penting membangun jaringan dengan berbagai
agenda(event) nasional. Harapannya
adalah kepada tujuan da’wah kampus yaitu “Supaya masyarakat kampus (baca:kaum
akademisi) berafiliasi kepada Islam,mempunyai nilai-nilai Islami dalam jiwa
seorang akademisi (mahasiswa khususnya) sehingga pasca kampus nanti diharapkan
menjadi agen-agen yang siap memperjuangkan nilai-nilai Islam di masyarakat atau
lingkungan sebagai tempat berkreasi dan berkontribusi.
Bidang akademik dan profesi adalah
bidang bersama yang penting untuk segera digarap dalam membangun da’wah kampus
menuju solusi untuk meningkatkan prestasi mahasiswa. Bidang akademik dan
profesi objek da’wah yang ada sangatlah tinggi komunitasnya, ini menjadi
tantangan tersendiri dalam memperjuangkan gerakan da’wah kampus saat ini. Inti
pada solusi konkritnya adalah menebarkan nilai Islam supaya tumbuh dikalangan
mahasiswa, dosen dan karyawan kampus serta meningkatkan kreasi dan inovasi
dengan menumbuhkan prestasi-prestasi. Maka rencana strategis untuk ADK yang
harus segera dibuat adalah sistem pengkaderan,karakter kader,profil kader,
bentuk wajihahnya serta pergerakan basis massa yang dikelola.
Membangun da’wah kampus harus sesuai
dengan manhaj(pedoman) da’wah kampus yang ada. Dalam risalah “Bainal amsi wal yaum” atau antara kemarin dan hari ini yang ditulis oleh
saat Mursyid ‘Aam pertama Al-Ikhwan Al-Muslimin yang membagi tahapan da’wah
menurut tujuannya, yaitu:
- Tujuan jangka pendek yang mencakup perbaikan individu,membina keluarga Islami dan membentuk masyarakat Islami.
- Tujuan jangka panjang yang meliputi memperbaiki pemerintahan,membebaskan negeri muslim dari penjajahan asing,tegaknya daulah dan kekhilafahan Islam dan kepemimpinan dunia.
Melihat gerakan da’wah kampus hari ini
maka Ari Abdillah (2012) dalam bukunya “Paradigma
Baru Da’wah Kampus,Stategi Sukses Mengelola da’wah Kampus di Era Baru” menggambarkan
kondisi da’wah kampus di era modern ini yang harus dilakukan oleh kader adalah
membangun kapasitas keilmuwannya dengan didukung kekuatan Islamnya.Sesuai
dengan Al-Qur’an,
“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”(Q.S Al-Mujaadilah:11).
Ini artinya kedudukan Islam dan ilmu
pengetahuan berhubungan erat, bukan malah dipisahkan seperti yang dilakukan
oleh doktrin Barat yang memisahkan Islam dengan ilmu pengetahuan,inilah yang
dimaksud Sekulerisme. Selain itu, nilai-nilai kepemimpinan dalam hal ini adalah
penokohan sosial dan pencitraan keumatan harus segera dilakukan, mengingat
kerja da’wah banyak sementara waktu yang tersedia sedikit. Kita tercipta
sebagai khalifah, nilai-nilai kepemimpinan dan keteladanan dari Rasulullah SAW
harus menjadi cerminan dalam membangun kepribadian umat Islam. Untuk membangun kepemimpinan dalam wajihah keseimbangan
ketokohan sangat perlu dilakukan. Toto Tasmara menjelaskan kepemimpinan yang
harus dimiliki adalah:
1.
Memiliki
integritas personal yang tinggi (Al kamal
al sakhsi)
2.
Kemampuan
untuk membangun perluasan jaringan sosial(yaqwiyyah
ash-shilah)
3.
Keteladanan
dalam memimpin(Uswatun Khasanah)
4.
Keagungan
akhlak(makarimul akhlak
5.
Nilai
spiritual yang tinggi (Tahzibul akhlak)
6.
Terbuka
atas gagasan-gagasan (‘hurriyatul-kalam)
7.
Adil
dan bijaksana(‘adl bil qishti)
8.
Memiliki
daya empati yang mengagumkan
Untuk memenuhi tuntutan zaman, maka
kader harus mampu memanajemen kepemimpinnya dan memiliki keahlian dalam
hal,yaitu:
- Ketrampilan konseptual(Conceptual Skill)
- Ketrampilan Kemanusiaan(Human Skill)
- Ktrampilan administrasi
- Ketrampilan teknik(Technikal skills)
Untuk memenuhi tantangan zaman maka
kader da’wah harus mempunyai karakter tersendiri, beberapa karakter kader,
yaitu:
- Kokoh dan mandiri
- Dinamis,kreatif dan inovatif
- Spesialis yang berwawasan global
- Murrobi produktif,mahir berkomunikatif
Da’wah kampus harus mengetahui medan
perjuangannya, kita juga harus segera tahu area kerja da’wah. Membangun peran
da’wah dalam area kerja da’wah kampus (DK) sangat penting supaya segera
tercapainya akselerasi da’wah kampus menuju bi’ah (lingkungan) Islam atau
masyarakat madani. Area kerja da’wah meliputi :
- Amal da’wy ( kerja da’wah )
- Amal siyasi (kerja politik)
- Amal ilmiy ( kerja ilmu dan akademik )
- Amal idjtima’I (kerja kemasyarakatan)
- Amal iqhtisody (kerja ekonomi/kemandirian finansial)
- Amal ilamy (kerja media dan opini)
- Amal khidamy (kerja pelayanan)
- Amal tandzim (kerja organisasi)
Setiap area kerja da’wah mempunyai peran
dan fungsi sebagai wasilah (sarana) yang semua itu menuju satu muara tujuan da’wah
kampus yang jelas dengan berlandaskan Q.S Muhammad ayat 7. Jangan pernah ragu
dalam meraih kemenangan da;wah ini.
“Trilogi da’wah kampus sudah hadir di depan mata kita, yakni wajihah
siyasi ( BEMU,BEMF, BEMJ dan BEMPS), wajihah da’wy (LDK,LDF dan LDPS) dan
wajihah ilmiy (U-READ dan BO ilmiy fakultas). Menuju da’wah kampus tahap dua
adalah sebuah keniscayaan tinggal kontribusi kita semua yang disertai amal
nyata yang harus segera dihadirkan. Jangan terus menunggu momentum, mari tetap
bergerak dan berjuang untuk merebut momentum itu, semoga kita tetap istiqomah
di jalanNya.”
Maka, langkah awal dalam membangun pola
pergerakan di UKM U-READ adalah :
- Deklarasi UKM UREAD+Syukuran(Sosialisasi wajihah ke masyarakat kampus)
- Membangun Citra Wajihah(Visi,misi ,peran,fungsi dan tujuan)
- Marketisasi gerakan dan penokohan
- Pengkaderan dan perapian data
- Membangun opini publik (spanduk,opini mading,opini gerak,sosialisasi,opini online)
- Penyiapan Rencana Stretegis(RENSTRA) menguatkan program kerja(proker)
Itulah PR awal yg harus segera
dikerjakan,kontribusi yg kontruktif dan solutif sangat diharapkan,Melangkah utk
berjuang adalah bagian dari solusi itu...
SALAM AKSELERASI...!!!
Kaitannya dalam persiapan pergerakan
tersebut,hal terpenting disini yang harus dijalankan dari tiap pribadi muslim
adalah beramal dengan ikhlas. Sebagaimana Syaikh Yusuf Al-Qaradhawy mengatakan
:
“Sebuah
amal dari amal-amal hati, tetapi ikhlash merupakan amal hati yang pertama-tama,
karena sesungguhnya diterimanya amal-amal itu tidak akan sempurna kecuali
dengan ikhlash.Buah
dari buah-buah tauhid yang sempurna karena Allah Tabaraka wa Ta’ala yaitu
dengan menyendirikan Allah Azza wa Jalla dengan ibadah dan memohon pertolongan.”
Ikhlash juga bermakna pemurnian,
yaitu membebaskan diri dari segala penyembahan kepada selain Allah, seperti
harta, wanita, kedudukan. Allah SWT berfirman :
“Katakanlah:
sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah,
Tuhan Semesta Alam.” (Al An’am 162)
Sementara itu Hasan al-Banna
memberikan definisi tentang ikhlash yaitu:
“Yaitu
setiap al-akh muslim meniatkan dengan perkataannya, perbuatannya dan jihadnya
seluruhnya hanya untuk Wajah Allah, mengharap keridhaanNya dan kebaikan
ganjaranNya, tanpa melihat kepada harta atau kemasyhuran atau kedudukan atau
pangkat atau kemajuan atau kemunduran. Dan dengan demikian ia pejuang fikrah
dan aqidah, bukan pejuang kepentingan dan kemanfaatan.”
Ada sebuah hadits shahih mutawatir
masyhur yang berkaitan dengan masalah ikhlash dalam niat ini. Rasulullah SAW
bersabda:
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar
bin Al Khaththab radhiyallahu anhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya
setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya
setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa
yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya
karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka
hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (HR
Bukhari-Muslim).
Begitu pentingnya masalah ikhlash
ini, sampai-sampai Imam Nawawi rahimahullah meletakkan hadits di atas pada
hadits pertama dalam kitab beliau Al-Arba’in
An-Nawawiyyah dan Riyadhush
Shalihin. Demikian pula Syaikh Fuad Abdul Baqi menempatkannya
sebagai hadits di bagian awal dalam kitab beliau Al-Lu’lu’ wal-Marjan, yang merupakan
kompilasi hadits yang disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim. Imam Asy-Syafi’i
berkata, “Hadits ini
adalah sepertiga ilmu“.
Sebuah atsar yang masyhur dari
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullahu menegaskan akan pentingnya dua syarat
diterimanya amal, yaitu ikhlash dan shawab (sesuai dengan sunnah). Beliau
berkata:
“Sesungguhnya
amal itu apabila ikhlash tetapi tidak shawab maka tidak akan diterima. Dan jika
shawab tetapi tidak ikhlash maka juga tidak akan diterima, hingga terdapat
ikhlash dan shawab. Dan ikhlash itu adalah karena Allah dan shawab itu sesuai
dengan sunnah.”
Setelah itu, Fudhail bin ‘Iyadh
membaca ayat:
“…Maka
barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah
kepada Tuhannya.” (Al Kahfi 110).
Penyimpangan amal terjadi ketika niat
tidak lagi ikhlash. Keinginan untuk dilihat orang lain atau pamer amal
dinamakan dengan riya’. Sedangkan rasa ingin didengar orang lain disebut
sebagai sum’ah. Baik riya’ maupun sum’ah adalah dua penyakit yang sangat
berbahaya. Riya’ bahkan dikatakan sebagai asy-syirk al-ashghar (syirik kecil),
sebab pahala amal yang disertai riya’ akan musnah. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya
yang paling takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya,
apakah syirik kecil itu wahai Rasulallah? Rasulullah menjawab: Riya’.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad jayyid dan Ibnu Abi Dunya)
Bahkan pelaku riya’ diancam dengan
azab besar di neraka. Na’udzubillahi min dzalik. Sebuah hadits shahih berikut
ini sangat penting untuk menjadi renungan kita bersama.
Dari Abu Hurairah yang berkata,
saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah seseorang yang mati
syahid di jalan Allah. Dia didatangkan kemudian ditampakkan kepadanya
nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya maka dia pun mengakuinya. Allah
bertanya, “Apa yang kamu lakukan dengannya?” Dia menjawab, “Aku berperang
untuk-Mu sampai aku mati syahid.” Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya
engkau berperang karena ingin disebut sebagai pemberani. Dan itu sudah kau
dapatkan.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup
di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.
Kemudian seorang yang
menuntut ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Al Quran. Dia didatangkan kemudian
ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sudah didapatkannya dan dia pun
mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kau perbuat dengannya ?” Maka
dia menjawab, “Aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Quran
karena-Mu.” Allah berfirman, ”Engkau dusta, sebenarnya engkau menuntut ilmu
supaya disebut orang alim. Engkau membaca Quran supaya disebut sebagai Qari’.”
Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas
wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka
Kemudian ada seseorang yang
telah mendapatkan anugerah kelapangan harta. Dia didatangkan dan ditunjukkan
kepadanya nikmat-nikmat yang diperolehnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah
bertanya, “Apakah yang sudah kamu perbuat dengannya?” Dia menjawab, “Tidaklah
aku tinggalkan suatu kesempatan untuk menginfakkan harta di jalan-Mu kecuali
aku telah infakkan hartaku untuk-Mu.” Allah berfirman, “Engkau dusta,
sebenarnya engkau lakukan itu demi mendapatkan julukan orang yang dermawan, dan
engkau sudah memperolehnya.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk
menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.”
(Diriwayatkan
oleh Muslim dan Nasai, dan diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia menghasankannya,
dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam shahihnya)
Kurang
apalagi kebaikan orang yang berjihad, mempelajari dan mengajarkan ilmu, membaca
Al Quran dan suka berinfaq. Namun kebaikan itu musnah di sisi Allah SWT
manakala orientasi amal tersebut karena mengharap pujian manusia, bukan pujian
Allah SWT. Dengan demikian, penting sekali buat kita untuk selalu menata dan
memperhatikan niat setiap melakukan amal kebajikan.
Selain itu,
yang merusak iman bisa jadi kemasyuran dan pujian yang berlebihan.Cukuplah
Allah SWT sebagai Dzat yang memuji. Mereka berpandangan, pujian dari manusia
dapat melengahkan dan melenakan diri sehingga amal perbuatan tidak lagi ikhlash
karena Allah.
Ibn Muhairiz
berkata kepada orang yang meminta nasihat kepadanya, “Jika bisa, hendaklah engkau mengenal tetapi
tidak dikenal, berjalanlah sendiri dan jangan mau diikuti, bertanyalah dan
jangan ditanya. Lakukanlah hal ini.”
Bisyr
al-Hafi berkata, “Saya tidak
mengenal orang yang suka kemasyhuran melainkan agama menjadi sirna dan dia
menjadi hina. Tidak akan merasakan manisnya kehidupan akhirat, orang yang suka
terkenal di tengah manusia”.
Fudhail bin
Iyadh berkata, ”Jika engkau sanggup untuk tidak
dikenal, maka lakukanlah. Apa sukarnya engkau tidak dikenal? Apa sukarnya
engkau tidak disanjung-sanjung? Tidak mengapa engkau tercela di hadapan manusia
selagi engkau terpuji di sisi Allah.”
Bagi aktivis
da’wah, popularitas dan pujian dari manusia dapat merubah orientasi da’wah
seseorang. Dari da’wah karena Allah, menjadi da’wah untuk mencari popularitas.
Dari da’wah untuk mendapatkan pujian Allah, menjadi da’wah untuk mendapatkan
pujian manusia.
Sebenarnya,
popularitas dan kemasyhuran itu tidaklah jelek. Para Nabi, Khulafa ar-Rasyidin
dan para Imam adalah orang yang dikenal manusia. Ungkapan salafush shalih
tersebut bukanlah ajakan untuk ber’uzlah. Tetapi yang tercela adalah mencari
kemasyhuran dan kedudukan, serta sangat bercita-cita untuk mendapatkannya.
Beramal Secara Diam-diam
Amal yang
dilakukan diam-diam berpeluang lebih selamat dari riya’ dibandingkan dengan
amal secara terbuka. Allah SWT berfirman:
Jika kalian menampakkan
sedekah kalian maka itu adalah baik sekali. Dan jika kalian menyembunyikannya
dan kalian berikan kepada orang-orang fakir maka menyembunyikanya itu lebih
baik bagi kalian. Dan Allah akan menghapuskan dari kalian sebagian
kesalahan-kesalahan kalian, dan Allah maha mengetahui apa yang kalian kerjakan”
(QS. Al-Baqoroh: 271).
Para ulama
menjelaskan tentang keutamaan menyembunyikan amal kebajikan (karena hal ini
lebih menjauhkan dari riya) itu hanya khusus bagi amalan-amalan mustahab bukan
amalan-amalan yang wajib. Sedekah yang wajib secara terang-terangan lebih
afdhol daripada secara tersembunyi. Adapun sedekah yang mustahab maka
sebaliknya.” Sebagian mereka juga mengecualikan orang-orang yang merupakan
teladan bagi masyarakat, maka justru lebih afdhol bagi mereka untuk beramal
terang-terangan agar bisa diikuti dengan syarat mereka aman dari riya’, dan hal
ini tidaklah mungkin kecuali jika iman dan keyakinan mereka yang kuat.
Secara
khusus ada keuntungan bagi orang-orang yang “hidden”. Dalam hadits Mu’adz,
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang
yang berbuat kebaikan, bertaqwa dan yang menyembunyikan amalnya. Yaitu
orang-orang yang jika tidak hadir mereka tidak dicari, dan jika hadir mereka
tidak dikenal. Hati mereka adalah pelita petunjuk. Mereka keluar dari setiap
tempat yang gelap.”
Sabar dalam Berda’wah
Allah SWT
memberikan ilustrasi berupa kisah Nabi Nuh AS yang begitu sabar berda’wah
selama 950 tahun (Al Ankabut 14). Nabi Nuh selalu berda’wah siang dan malam
tanpa kenal lelah (Nuh 5). Beliau juga menggunakan berbagai metode, baik
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan (Nuh 8-9). Bahkan keluarganyapun juga
tidak menyambut ajaran beliau. Kesabaran beliau ditunjukkan ketika mendapatkan
wahyu Allah SWT untuk membuat kapal (Al Mu’minuun 27-28) dimana orang-orang
kafir mengejek Nabi Nuh dan para pengikut beliau (Hud 11).
Kesabaran
dalam berda’wah berbanding lurus dengan keikhlasan. Orang-orang yang ikhlash
selalu bersabar dalam menghadapi ujian dalam da’wah. Namun, terkadang ada
orang-orang yang ingin segera cepat-cepat menikmati hasil da’wahnya. Perilaku
yang disebut isti’jal, dilakukan oleh orang-orang yang mengubah tujuan
da’wahnya, dari da’wah murni kepada Allah SWT menjadi da’wah yang berorientasi
kepada hasil. Ketika sahabat Khubaib bin al-Arat menanyakan kapan datangnya
pertolongan Allah, Rasulullah SAW menjawabnya dengan ilustrasi kisah orang pada
zaman terdahulu yang tetap bersabar walaupun harus menerima ujian disisir dari
sisir besi. Di akhir, Rasulullah mengatakan (ولكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ) “Akan tetapi kalian tergesa-gesa.” (HR
Bukhari)
Berbuat yang ikhlash dan wajar ketika memimpin
Orang yang
ikhlash karena Allah akan berbuat yang wajar, baik ketika memimpin di depan
sebagai qiyadah maupun ketika berada di belakang sebagai jundiyah. Tidak ada
perubahan dalam orientasi amalnya maupun sikap dan perbuatannya, baik ketika
dikenal orang banyak, maupun ketika tidak dikenal. Dalam hal ini, sikap Khalid
bin Walid radhiyallahu ‘anhu dapat menjadi teladan, ketika beliau tetap ikhlash
berjuang meskipun diberhentikan dari panglima perang oleh khalifah Umar bin
Khaththab radhiyallahu ‘anhu.
Syaikh Yusuf
Qaradhawy memberikan taushiyah mengenai (الفرح بكل كفاية تبرز ) dalam
hubungannya dengan persoalan jama’ah. Beliau menyatakan, qiyadah yang ikhlash
akan senang jika banyak orang-orang baik yang bergabung dengan jama’ah. Dia
tidak akan terganggu atau dengki atau gelisah karena kehadirannya. Bahkan
qiyadah yang ikhlash melihat, jika ada orang lain yang lebih baik dari dirinya
dalam hal memikul tanggung jawab, ia dengan senang hati untuk mundur dan
memberikan tanggung jawab kepada orang lain.
Beliau
mengkritik orang-orang yang diberikan amanah namun selalu berusaha
mempertahankan jabatannya, tidak mau mundur dan suka menekan orang lain.
Padahal seiring dengan perjalanan waktu, keadaan akan berubah dan orang yang
kuat akan menjadi lemah. Ada ungkapan setiap zaman ada rijalnya. Beliau
mengkritik pemimpin yang yang mati-matian mempertahankan kedudukannya dengan
anggapan dialah yang paling mampu mengendalikan perahunya.
Syaikh Yusuf
Qaradhawy juga menyatakan, aktivis dakwah tidak boleh menutup mata dan telinga
ketika mendapatkan kritik dari orang lain. Beliau bahkan memperingatkan bahaya
sebuah jamaah yang disusupi dari luar, kepincangan dalam berfikir dan beramal,
tidak ada inovasi dan pembaharuan, sebagai akibat kerakusan satu atau dua orang
yang terlibat di dalamnya.
Menghindari ujub
Ujub (i’jab bin nafsi) adalah penyakit
membanggakan diri sendiri, dengan tidak merendahkan orang lain. Walaupun tidak
merendahkan orang lain, penyakit ini cukup berbahaya, karena berpotensi menuju
ghurur. Ghurur adalah penyakit membanggakan diri sendiri disertai dengan
merendahkan orang lain. Karena itu ghurur dikatakan sebagai syiddatul i’jab. Di
atas ghurur adalah penyakit takabbur alias sombong. Takabbur dikatakan
syiddatu syiddatil i’jab. Jadi pada akhirnya, ujub berbahaya karena menuju
kepada takabbur. Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya Aafatun ‘ala ath-thariq
menjelaskan tentang bahaya penyakit ujub, ghurur dan takabbur.
Perang
Hunain memberikan pelajaran besar akan bahaya penyakit ujub, ketika kaum
muslimin merasa yakin akan mendapatkan kemenangan karena membanggakan jumlah
yang besar. Allah SWT berfirman
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الأرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai
para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan
Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka
jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang
luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan
bercerai-berai.” (At-Taubah 25)
Lafazh (أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ) menunjukkan bahwa kaum muslimin berbangga dengan jumlah yang
besar, pada akibatnya mereka bercera-berai.
Penyakit
ujub juga dapat muncul ketika seseorang atau sebuah jama’ah merasa dirinya
lebih baik atau lebih suci daripada orang atau jama’ah lain. Padahal Allah SWT
berfirman
فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“…Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci.
Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”
(an-Najm 32)
Selayaknya,
aktivis da’wah seperti halnya orang-orang yang memakmurkan masjid adalah
orang-orang yang gemar membersihkan diri (at Taubah 108). Sebab aktivis da’wah
bukanlah orang yang bersih dari dosa. Taubat dan muhasabah adalah alat untuk
mengevaluasi diri dan jamaah, sejauh mana kelurusan niat dan langkah dakwahnya.
PERSEMBAHAN
PUISI :
Kerendahan
Hati
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri..
tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri..
Oleh : Taufik
Ismail
Wahai
Aktivis
Wahai Para Aktivis…
Nyalimu sungguh besar
Kobarkan semangat da’wah,pengobar kebenaran
Kibarkan benderamu,atur barisanmu…
Engkau aktivis…
Para aktivis takkan kenal bengis,maupun rintihan tangis
Kebatilan akan selalu kau kikis
Kaulah para pejuang
Tak pandang mana ujung pedang
Bahkan senapan yang menerjang
Kaulah atkivis abdi Negara
Kau bergerak bebas,bagai burung-burung ababil..
Yang melemparkan batu api di kepala raja yang tak adil
Suaramu lantang dan menantang
Engkaulah para penyeru dan pejuang
Kau kebanggaanku,kaulah harapan negeriku…
Oleh : Beni Saputra
Paper ini bisa didownload di :
SalamPerjuanganUKMUREAD.pdf
http://www.ziddu.com/download/19547760/SalamPerjuanganUKMUREAD.pdf.html
http://www.ziddu.com/download/19547760/SalamPerjuanganUKMUREAD.pdf.html
atau
http://www.ziddu.com/download/19547760/SalamPerjuanganUKMUREAD.pdf.html |
REFERENSI:
Terus berjuang dan tajamkan penamu...
ReplyDelete