Untuk kita saat ini yang sedang
dalam menghadapi ujian-ujianNya,tetaplah tabah,sabar dan selalu bertawakkal,
semoga kita mendapatkan berkah dan barokah dalam menghadapi ujianNya sehingga
ladang amal kita senantiasa menjadi limpahan sumur ketaqwaan.
“Makan kuaci walaupun tidak
mengenyangkan, tetapi biji demi biji kuaci habis dilahap juga walaupun sedikit
yang kita makan,Sebenarnya disitulah letak nikmatnya untuk berusaha
terus-menerus walaupun terkadang lama sekali nampaknya keberhasilan, dengan
penuh keyakinan kita kepada Allah maka hasilnya akan menjadi nyata dan dapat
dirasakan juga”(BENI SAPUTRA)
Setiap
tapak hidup kita adalah ujian,ujian sebenarnya yg diuji adalah tingkat iman dan
ketaqwaan kita,bila kita yakin dan sabar serta percaya bahwa Allah SWT akan
memberikan hikmah dari setiap ujian maka kita akan menjadi orang yang
beruntung.Ujian yg sesungguhnya adalah ujian AQIDAH. AQIDAH kita akan diuji
oleh Allah SWT, seberapa kuat syetan akan menggoda atau seberapa besar hawa
nafsu syetan bersemayam di hati kita. Jangan pernah korupsi atau berlaku curang
dalam menempuh ujian, apalagi mengambil hak orang lain yang tidak lain adalah
mencuri, jangan pernah memanjangkan leher kalian seperti Jerapah karena
berusaha menjiplak karya orang lain( Plagiator
) atau istilahnya “Mencontek”.
Jangan Plagiat (Contek) berlakulah jujur (sumber: gema-nurani.com) |
Hindarilah
kebiasaan buruk yang selalu mengambil hak orang lain sementara kita tanpa
berpikir panjang ikut menikmati karya-karyanya yang tidak tahu benar atau salah
tanpa diselidiki kesahihannya. Kita diberikan akal dan hati nurani untuk selalu
bertindak rasional, berpikir secara cerdas dan menimbang intuisi kita. Membangun
keadilan dan kebenaran serta menanamkan kepada diri kita rasa percaya diri
adalah keharusan yang perlu segera dilakukan,selalu yakin akan kemampuan diri
sendiri sehingga menjadi pribadi yang mandiri yang tidak selalu bergantung
kepada orang lain,Optimislah dan tinggalkanlah keragu-raguan(Subhat) yang sangat menyesatkan.
kita harus menjauhi sesuatu yang
syubhat, karena siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka lambat laun
ia pasti akan terjerembab perkara yang haram. Sebagaimana dikatakan , “Kemaksiatan
adalah kurir kekufuran.” Di samping itu, memasuki area syubhat berarti
menjerumuskan diri dalam sikap ragu-ragu, karena syubhat adalah sesuatu yang
belum jelas halal atau haramnya. Dalam sebuah hadist, Nabi telah memerintahkan
kita untuk meninggalkan sikap ragu – ragu. Beliau bersabda :
Tinggalkanlah
apa yang meragukanmy kepada apa yang tidak meragukanmu” (HR.Tirmidzi)
Rasulullah SAW adalah suri tauladan dalam hal menjauhi barang syubhat. Beliau adalah pemimpin orang –orang wara’. Hal ini dapat dilihat dari sikap yang diambil Rasulullah erkenaan dengan sebutir kurma yang jatuh ketika beliau mendapatinya di rumah beliau sendiri. Dalam menyikapi masalah ini beliau bersabda,”Kalau saja aku tidak khawatir bahwa sebutir kurma ini berasal dari barang sedekah, tentu sudah aku makan”(HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Bakar r.a. juga sosok yang patut kita teladani dalam sikap wara’. Suatu ketika ia pernah memakan makanan syubhat karena ketidaktahuannya. Maka, ketika mengetahuinya ia langsung memasukan tangannya ke dalam mulutnya hingga memuntahkan makanan itu. Lalu, ia berkata,”Seandainya untuk mengeluarkan makanan tersebut aku harus mengorbankan nyawaku, pasti akan aku tempuh.”
Subhanallah,! Betapa besar semangat dan usaha Abu Bakar r.a. untuk menjaga perutnya agar tidak dimasuki barang syubhat. Jika Abu Bakar r.a saja selalu menjaga diri dari barang syubhat, padahal ia termasuk dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, apalagi kita?. Maka, kita semestinya memiliki tekad yang lebih besar untuk memelihara diri dari barang syubhat, apalagi haram. Lebih-lebih pada zama sekarang ini yang kebanyakan orang menyepelekan masalah ini.
Imam Nawawi juga termasuk sosok ulama yang wara’. Hal itu tercermin dalam sikapnya yang enggan memakan buah-buahan dari kota Yaman. Saat ditanya mengenai perbuatannya itu, ia menjawab, “Dahulu banyak tanah wakaf di kota Yaman, tapi sekarang tanah-tanah tersebut raib entah ke mana (bisa jadi diakui sebagai milik warga atau pemerintah). Maka, saya khawatir jangan-jangan buah – buahan itu tumbuh dari tanah-tanah wakaf tersebut yang hilang entah ke mana.” Demikianlah Imam Nawawi yang enggan memasukan barang syubhat ke dalam lambungnya. Maka, tidaklah mengeherankan kalau beliau menjadi Imam besar.
Mari kita renungkan ayat2
berikut ini, dan kita persiapkan diri kita untuk menerima ujian2 kehidupan
tersebut dengan sabar.Semoga Allah membimbing kita. aamiin.
[2:155] Dan sungguh akan
Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (AL BAQARAH (Sapi betina) ayat
155)
[2:214] Apakah kamu mengira
bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (ujian)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah
datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat.
[3:186]
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh
akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari
orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan
hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu
termasuk urusan yang patut diutamakan
[5:48] Dan Kami telah
turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat
diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
[8:28] Dan ketahuilah, bahwa
hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai ujian
dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
[21:35] Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
[29:2] Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan :
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?
[29:3] Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
[25:20] Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh
memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan
sebahagian kamu ujian bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu
bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat.
[47:31] Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu
agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan
agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.
"Cukuplah Allah bagiku,tidak ada Tuhan
selain dariNya. Hanya kepadaNya aku bertawakkal."[Surah At-Taubat ayat 129]
Suara hati Nurani
Sumber:http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/03/06/seri-cinere-mengajar-jujur-itu-hebat/
|
Sekali lagi
bahwa jujur itu hebat, tetaplah niatkan ujian hanya untuk beribadah kepada
Allah dalam mengharapkan ridhoNya,semoga Allah membalas dengan limpahan pahala
di sisiNya,aamiin.
Versi pdf download disini:
REFERENSI:
Al-Qur’an
No comments:
Post a Comment